Home » , , , » Klip : Superglad - Senandung Rindu (Lagu Untuk Mantan Istri, Klip Dibuat Oleh Sang Istri)

Klip : Superglad - Senandung Rindu (Lagu Untuk Mantan Istri, Klip Dibuat Oleh Sang Istri)

Written By ajis f on Monday 8 April 2013 | 18:16


Lagu yang dikisahkan sang vokalis, Buluk, tentang mendiang istrinya. Awal perjumpaan, tawa, air mata hingga perpisahan dunia. Tapi siapa sangka jika pertemuannya dengan istri yang sekarang justru karena lagu 'Senandung Rindu' ini? Bahkan klip lagu ini juga dibuat oleh sang istri yang saat ini hidup bahagia dengannya. Simak kisah tentang asal-usul lagu 'Senandung Rindu' yang dikutip dari akun Google Plus milik Superglad berikut : 

Asal Usul Senandung Rinduku (bagian pertama)

Setelah beberapa saat lalu Twitter sempat gempar karena cerita kehidupan percintaan gue dengan tagar #asalusulcintaku, gue mau coba cerita lebih dalam lagi tentang salah satu kisah yang ada di situ, yaitu almarhum istri gue Diandra Amalia. Gue memutuskan untuk mulai bercerita lagi karena Senandung Rindu, lagu yang gue tulis untuk dia, sebentar lagi akan rilis video klipnya.

Pertemuan pertama gue dengan almarhum itu sembilan tahun yang lalu, di acara MTV VJ Hunt di Medan. Saat itu Superglad menjadi salah satu pengisi acara dan di sana lah gue pertama kali bertemu. Pada waktu itu, almarhum masih punya pacar (dan gue kenal sama pacarnya!)

Saking naksirnya, pas gue balik ke Jakarta gue nulis lagu “Masih Miliknya” yang bercerita tentang almarhum. Lagu itu akhirnya dirilis di album Superglad “Ketika Hati Bicara” di 2005. Kalo lo suka lagu itu, lo mesti tau kalo lagu itu juga tentang almarhum.

Nggak lama setelah itu, gue jadi juri audisi awal Indonesian Idol di Jakarta, dan gue kontak dia lagi. Dari situ ada kabar bahwa almarhum sudah single, dan dari situ juga gue mulai PDKT. Sering telpon-telponan dan jalan bareng. Sampai akhirnya, gue jadian sama almarhum di anjungan bandara Soekarno Hatta, lagi iseng jam dua pagi jalan-jalan berdua ke sana.

Saat itu, yang paling gue suka dari almarhum adalah sifatnya yang berwibawa, tegas dan pintar luar biasa. Walaupun gue dan dia besar di latar belakang keluarga dan lingkungan yang sangat beda, tapi kita bisa saling menyesuaikan dengan mudah. Ibaratnya, gue besar di gang, dia besar di komplek. Dari hal-hal kecil mulai dari milih barang belanjaan di supermarket, sayur organik sampai pilihan minuman pas lagi makan di restoran, udah beda banget. Gaya hidupnya menengah ke atas, dan gue besar di jalanan.

Sampai sekarang, gue masih keinget sama almarhum setiap kali ketemu sama produk-produk yang biasa dia beli, mulai dari mentega, coklat sampe teh. Dari dia juga, gue tau barang-barang dan produk yang elit.

Waktu itu, satu-satunya hal yang gue punya cuma Superglad, band punk rock. Sedangkan almarhum adalah karyawan senior di stasiun TV, punya ruangan sendiri dan jabatan tinggi. Tapi hal itu nggak pernah jadi masalah buat dia, untuk nerima gue apa adanya. Bahkan pernah ada satu kejadian, gue ke kantornya untuk anter barang, dan semua orang di kantor nggak ada yang percaya kalo gue suaminya, hehe.

Perasaan sayang emang nggak ada batasannya. Bahkan dia sampe support Superglad dengan bikinin video klip “Simpan Saja” buat kita. Saking baiknya, anak-anak Superglad biasanya panggil dia Bunda Ipet, plesetan Bunda Iffet-nya Slank.

Saat gue memutuskan untuk menikahi almarhum, duit yang ada di kantor gue cuma ada 1.8 juta, dan itulah modal gue satu-satunya. Keadaan ekonomi gue lagi ancur-ancuran. Sebenarnya ada sekitar 5 jutaan, tapi itu udah gw beliin jas dan cincin untuk nikah, jadi tinggal sisa 1.8 juta. Dengan uang itulah gue menikahi almarhum.

Masalah keluarga lain lagi. Gue dan almarhum berbeda keyakinan, sehingga keluarga gue nggak memberikan restu. Nyokap sudah merelakan, tapi tidak mau ikut campur. Dengan nekat gue tetap jalanin pernikahan. Gue yakin pasti ada jalannya.

Setelah menikah, gue dan almarhum tinggal di Cinere, juga saat Mika – putri gue – lahir. Di masa itu rutinitas gue sebagai “bapak rumah tangga”, biasanya siaran sampe sekitar siang gitu, lalu biasanya gw akan pergi ke kantor almarhum. Bukan buat makan siang bareng, tapi buat ambil ASI, buat Mika. Setelah beres, gue akan pulang ke Cinere dan kasih ASI buat Mika. Hal itu berlangsung terus hingga sekitar setahun. Di kerjaan terakhirnya, dia biasa pulang sampe rumah jam 2-3 pagi.

Tidak ada yang sadar bahwa dia mengidap Pneumonia – penyakit yang bikin paru-paru lo infeksi dan nggak bisa nerima oksigen. Biasanya dia hanya ngeluh alergi udara pagi. Kalau sudah kambuh, minum obat batuk dan langsung sembuh keesokan harinya. Kejadiannya tidak berlangsung lama, satu serangan dan dia langsung dilarikan ke UGD. Tiga hari sadar, namun tujuh hari sisanya tidak. Saat detik-detik sebelum almarhum memejamkan mata untuk selamanya, dia sempat narik gue dan bilang kalau Mika akan diurus oleh keluarga almarhum. Saat itu gue nggak mikir bahwa dia akan meninggal, dan gue nggak nyangka kalau itu beneran terjadi.

48 jam setelah almarhum meninggal, pikiran gue kosong, hidup gue berantakan. Gue ambil gitar kopong,  berangkat ke San Diego Hills – tempat almarhum dimakamkan – dan nulis lagu di situ dari sore sampai malam. Gue duduk di sebelah batu nisan almarhum seharian. Di antara pikiran yang kosong dan hati yang sedih, gue nulis lagu Senandung Rindu. (bersambung)

=========

Asal Usul Senandung Rinduku (bagian kedua)

Setelah almarhum meninggal (baca bagian pertama untuk kisah lengkapnya https://plus.google.com/112040879730285686479/posts/d1sjdixb5W4 ) , gue masih uring-uringan. 48 jam setelah almarhum meninggal, pikiran gue kosong, hidup gue berantakan. Gue ambil gitar kopong,  berangkat ke San Diego Hills – tempat almarhum dimakamkan – dan nulis lagu di situ dari sore sampai malam. Gue duduk di sebelah batu nisan almarhum seharian. Di antara pikiran yang kosong dan hati yang sedih, gue nulis lagu Senandung Rindu.

Gue masuk studio untuk rekam lagu Senandung Rindu. Waktu direkam, bukannya nyanyi gue malah kebanyakan nagis, karena nggak kuat sedih banget. Awalnya, semua intstrumen dan vokal gue sendiri yang ngisi, karena memang lagu itu bukan gue tulis untuk keperluan Superglad. Tapi setelah itu anak-anak Superglad denger lagu ini, dan mereka memutuskan untuk membantu menyelesaikan Senandung Rindu.

Setelah direkam, gue putuskan untuk taro lagu itu untuk bisa diunduh dengan gratis untuk para Hero. Sejak saat itu, banyak sekali request untuk bawain lagu itu tapi gak pernah gue bawain karena nggak kuat. Pernah suatu kali Superglad bawain lagu itu di Bulungan, dan gue cuma kuat nyanyi sampe setengah, sisanya penonton yang terusin, hehehe.

========

Asal Usul Senandung Rinduku (bagian ketiga)

Perasaan kehilangan makin nggak karuan ketika Mika bener-bener hilang dari hidup gue, karena dia akhirnya tinggal dan diurus oleh keluarga almarhum. Gue cabut dari rumah Cinere, dan memutuskan untuk tinggal di kantor di Sarinah. Gue tinggal di kantor selama dua bulan! Tidur, mandi dan hidup di sana. Hidup gue blank banget, sampe anak-anak Superglad juga bingung ngeliat gue.

Selama dua bulan gue tinggal, orang-orang pada khawatir sama keadaan gue, sampe ada orang – yaitu mantan pacar gue sendiri – yang samperin gue dan menyarankan gue untuk ngekos. Awalnya males, tapi makin lama opsi ngekos kayanya boleh juga untuk dicoba. Setelah dua bulan luntang lantung di kantor, akhirnya gue coba untuk ngekos di daerah Rawa Sari. Di tempat itulah gue bertemu lingkungan baru, dan khususnya orang-orang baru dengan karakter yang bervariasi. Mulai dari WTS, pendatang dari daerah, sampe Stripper! Gue lumayan dapat suasana baru dan bisa bersosialisasi lagi, setelah sempat ngilang nggak jelas.

Nah, kosan gue itu, letaknya tepat di bawah tower provider handphone gue. Sinyalnya bagus banget. Dari situlah gue iseng-iseng mulai bikin hashtag-hashtag Twitter. Pertama mulai dari #asalusulmusikku. Saat itu responnya lumayan, tapi begitu gue iseng bikin #asalusulcintaku, itu heboh banget sampe followers gue yang dari cuman 3000an jadi 14 ribu! Sampe temen gue Wendi Putranto suruh gue bikin kisah itu jadi buku, dan dia bersedia jadi editornya. Gokil juga ye, hahaha.

========

Asal Usul Senandung Rinduku (bagian terakhir)

Dari total sembilan orang yang gue certain di hashtag itu, semuanya pake nama samaran, kecuali almarhum. Nah, gue ketemu sama istri gue yang sekarang pun berkat hashtag itu. Dia (Istri gue yang sekarang) baca tweet gue mengenai almarhum, dan kirim DM, bilang kalau dia suka banget cerita itu.

Bahkan ketika gue udah menikah dengan istri gue yang sekarang, dia belum tahu kalo gue punya lagu Senandung Rindu. Suatu hari dia nanya apa itu lagu gue, dan dia baru tahu kalo gue pernah bikin tu lagu buat almarhum.

Banyak yang tanya ke dia, apa dia cemburu sama cerita gue dengan almarhum. Dia bilang nggak sama sekali, bahkan dia sangat suka lagu itu dan menganggap kalau lagu itu adalah tanda cinta yang amat dalam untuk seseorang. Dia sering bilang kalau dia ingin gue juga memperlakukan dia, sama seperti makna lagu Senandung Rindu.

Yang lebih mengejutkan lagi, suatu hari dia berinisiatif dan menawarkan diri untuk buat video klip Senandung Rindu. Gue terkejut akan respon dia terhadap lagu itu. Gue nggak nyangka, kalo lagu ini bisa sebegitu besar pengaruhnya ke dia. Yang paling ngena buat gue, lagu itu gue ciptain buat almarhum mantan istri gue, dan kini yang buat video klip ini adalah Istri gue yang sekarang. Terlepas dari kisah gue, lagu itu bisa berdiri sendiri dan menginspirasi dia untuk klip. Istri gue sekarang adalah seorang penari, jadi konsep video klipnya melibatkan banyak tarian indah.

Nah buat lo semua, terima kasih udah mau baca cerita ini. Gue  harap lo suka sama video klip Senandung Rindu, dan bisa terinspirasi sama kisahnya. Jangan lupa kasih tau pendapat lo soal klipnya di sini ya, dan kalau ada komentar dan pendapat, sangat-sangat diterima. Langsung komen di sini aja.
Terima kasih!



Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : I-Radio Network Copyright © 2013. #SoreSore I-Radio Jogja - All Rights Reserved